Total Tayangan Halaman

Rabu, 14 Maret 2012

Suar

suar tua tepi laut utara jakartasuar lapuk tanpa nama
suar retak
suar lapuk karena ombak
cat yang menyeruak
terkikis terik tertapak

membahana sinarnya
memecah gulita
berkedip diantara
ombak dan pecahnya suara
kabutpun dibelahnya

ditengah hitamnya laut malam
seorang nahkoda berdiri diburitan
meneropong keliling lautan
mata dan cahaya bertautan
kerlip lampu bergantian
tanda segera mencapai pinggiran

mercu yang berdiri tahun seribu
mercu yang penuh debu
lampu yang berkedip malu
membuat angin tersipu
irama beriak yang merdu

diantara batu krikil
suar ini menggigil
menanti iringan kapal penuh kendil
menuntun kapal dengan adil

kapal itu terdengar karam
terhantam karang kian tenggelam
diluasnya kolam
diantara biru hitam

semoga kapal tertambal papan
agar mencapai buaian
agar singgah digalangan
agar menepi penuh muatan
agar dipenuhi teriakan

tanpa berita
beberapa tahun lamanya
sehingga jenuh menantinya
sekarang labuhan ganti muka

suar tetap tegak
menanti kapal retak
memantau ombak yang bergejolak
selalu melambai agar menapak

sebenarnya kapal telah karam
berjuta kendil telah tenggelam
terbawa arus laut yang tajam
bercampur lumpur hitam

suar tetap menatap haluan
mengawasi lautan
menunggu kapal dengan kedipan
diantara jutaan kehabisan

sekarang labuhan
sudah ditimurkan
bergeser tempat pertemuan
garis batas yang terabaikan

sepi suar kini
senyap selalu menggelayuti
suar bertatap iri
suar menangisi
siapa yang akan mengisi
siapa yang akan pandangi

penciptaan baru
selalu diburu
penuh fasilitas terbaru
wangi bau kian menggebu

hilanglah kapal tertelan
hiruk tanpa siulan
tapi lampu tetap berkilauan
kedip yang berkesinambungan

aku tetap meneruskan penantian
walaupun tak ada buritan mengancam
tenggelam karena badai garam
bersambut air yang menghujam

nol persen kepastian
aku tau kapal takkan balik kanan
tetap aku simpan
tetap suar pendam
dibawah tanah bebatuan
pemecah ombak yang lebam
kiacauan
aku yakin kedipku takkan padam
ditelan zaman
serta ombak yang terus menghantam

aku tetaplah suar
dengan lampu berputar
kedip yang memancar

inilah janji suar terhadap lautan
ditepi tua jakarta
inilah aku bertautan
diantara rimba raya
aku bukan tujuan
tapi tetap menuntun rambu maya.

sekarang jakarta berubah muka
tertata tanpa norma
amburadulah bangunan tua
terabaikan ditelan usia
hanya tinggal sisa crita

dipisah jalan ada suar kedinginan
dan voc galangan
diantara bau ikan
hanya fajar memberi siulan

aku ditinggal tanapa kenangan
aku sekarang ditelan
metropolis terbarukan

inilah suar
yang tetap bugar
reyot bumi bergetar
alu sekarang belukar

sekarang sejarah membisu
kapalpun tak ingin tau
sudah ada sandaran baru
tinggalah sisik berkilau
hilir mudik kapal anyir berbau
sekarang lusuh sinar penuh debu

hanya kicau debur
air yang membentur
kenapa aku tidak dibikin hancur
beganti beton berbaur
karena hilangnya alur
aku ingin hancur
terhempas menempel dikubur

ada yang menginginkan
aku tetap berdiri dilindungan
disamping voc galangan

semoga zaman tak merubah warnaku
semoga aku tetap terpaku
walau tak seriuh dulu
walau semua berganti hulu